Beranda | Artikel
Hukum Berdiri untuk Orang Lain
Selasa, 11 Februari 2025

Hukum Berdiri untuk Orang Lain adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Al-Adabul Mufrad. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A. pada Senin, 27 Rajab 1446 H / 27 Januari 2025 M.

Kajian Islam Tentang Hukum Berdiri untuk Orang Lain

Kita sudah membaca beberapa hadits. Di hadits nomor 946, Al Imam Bukhari mengatakan:

عن أنس رضي الله عنه ، قال: «لم يكن شخصٌ أَحَبَّ إليهم مِن رسول الله -صلى الله عليه وسلم، وكانوا إذا رَأَوْه لم يقوموا لِمَا يَعْلَمون مِن كَرَاهِيَته لذلك»

Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu mengatakan, Tidak ada orang yang mereka (para sahabat) cintai melebihi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, namun bila mereka melihat beliau, mereka tidak berdiri karena mengetahui hal itu tidak beliau sukai. (HR. At Tirmidzi)

Tidak ada manusia yang lebih diinginkan untuk dipandang dan dilihat oleh para sahabat dari pada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Namun ternyata bagaimana para sahabat menghormati, memuliakan, dan mengagungkan Nabi Muhammad Shallallahu ’Alaihi wa Sallam?

Bagaimana seharusnya sikap kita ketika berhadapan dengan seorang presiden, raja, bupati, atau orang-orang besar? Sebagai bentuk penghormatan, kita sering kali melakukan tindakan tertentu kepada mereka di muka bumi ini. Namun, sejak Nabi Adam diciptakan hingga manusia terakhir kelak, tidak ada satu pun manusia yang lebih mulia, lebih utama, dan lebih penting daripada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Meskipun demikian, menurut Anas bin Malik, para sahabat tidak berdiri untuk menghormati Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Sebagai contoh, ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam datang dari rumahnya menuju masjid atau hadir dalam sebuah majelis, para sahabat yang sudah duduk di sana tetap tidak berdiri untuk beliau.

Ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam datang dan masuk, tidak ada satu pun sahabat yang berdiri. Mengapa demikian? Anas bin Malik menjelaskan bahwa mereka tahu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak menyukai hal itu, bahkan beliau membencinya. Padahal, salah satu bentuk cinta kita kepada seseorang adalah dengan tidak melakukan sesuatu yang ia tidak sukai.

Maka, ingatlah bahwa berdiri itu boleh jika tujuannya benar. Namun, jika hanya sekadar kebiasaan—seperti ketika seseorang masuk ke majelis lalu semua orang berdiri tanpa alasan yang jelas—hal itu tidaklah perlu dilakukan.

Ketika kamu menganggap suatu tindakan sebagai bentuk penghormatan, mungkin itu memang dianggap sebagai penghormatan di suatu tempat. Namun, sebagai umat Islam, kita memiliki standar dan parameter yang telah ditentukan oleh agama. Islam adalah ajaran yang realistis—karena sering kali yang ideal tidak selalu realistis. Namun, Subhanallah, agama kita begitu indah dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sayangnya, sebagian dari kita tidak mempelajari ajaran agama dengan baik. Mereka tidak belajar Islam secara mendalam, tetapi justru lebih memahami kode etik profesinya. Sebagai contoh, seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) mempelajari kode etiknya, begitu pula seorang dokter, militer, atau profesi lainnya. Namun, kode etik sebagai seorang Muslim yang mengamalkan Islam secara kaffah (menyeluruh) sering kali diabaikan.

Ketika seseorang mendengar hadits ini, mungkin ia merasa heran, “Loh, kok seperti itu?” Padahal, inilah ajaran Islam. Jika berdiri dilakukan dalam rangka menyambut seseorang dengan berjabat tangan, maka silakan. Namun, jika hanya berdiri diam tanpa melakukan apa pun dan menganggapnya sebagai bentuk penghormatan, hal itu tidaklah diperlukan.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak bersikap seperti itu, dan engkau sebagai umat beliau seharusnya mengikuti sunnahnya. Dalam hadits berikutnya, terdapat contoh praktik di rumah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Jika sebelumnya kita melihat bagaimana beliau tidak menyukai para sahabat berdiri untuknya di luar, maka ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam datang, para sahabat tetap diam, mungkin memandang beliau, menjawab salam Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, lalu beliau duduk. Setelah itu, para sahabat menyimak dan mendengarkan tausiah atau nasihat dari beliau.

Lalu, bagaimana dengan kebiasaan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di dalam rumah? Ternyata, beliau pernah berdiri, tetapi berdiri tersebut memiliki tujuan tertentu.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak pembahasan yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/54914-hukum-berdiri-untuk-orang-lain/